Nama : Novia Rochmawati
NIM : 13010111130048
Jurusan :
Sastra Indonesia
Mata
Kuliah : Penyuntingan / Editing
Antara Guci, Saya dan
Allah
Novia Rochmawati, itulah nama
yang diberikan orang tua saya pada saya. Lahir di sebuah desa yang bernuansa
islami, saya pun tak luput dari pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
Selama empat tahun saya memepelajari cara membaca Alqur’an mulai dari tajwid,
ghorib dan lain sebagainya. Dan hingga saat pertengahan kelas 5 SD/MI, saya
berhasil mengkhatamkan pendidikan saya ini. Namun banyak kisah yang saya alami
selama menuntut ilmu di TPA. Salah satunya kisah berikut ini yang kemudian
dapat menjadi pembelajaran bagi kehidupan saya selanjutnya.
Kisah ini dimulai ketika saya
memasuki kelas 2 SD/MI. karena pada waktu itu di madrasah saya kelas 2 masuk
pada waktu siang hari, maka pembelajaran di TPA pun dimulai pagi hari. Sekitar
pukul 06.00 WIB saya sudah bersiap dan berangkat ke TPA bersama kedua sahabat
saya, Santi dan Isma. Pukul 07.30 WIB kami telah menyelesaikan tugas kami untuk
mendalami ilmu membaca Al-qur’an. Perjalanan pulang kami pun menjadi amat seru.
Setiap pulang kami bertiga selalu menyempatkan diri utnuk sejenak mampir ke
kolam keramat di kompleks Masjid Jami’ Desa Wonoyoso, desa kami tercinta. Kami
percaya dengan mitos yang beredar, bahwa siapapun yang dapat meraih atau
memegang guci yang berada di tengah kolam yang mempunyai lebar 2,5 meter
tersebut, maka besok jikalau ulangan akan memeperoleh nilai 100. Karena itu
kami percaya, lalu kami membuktikan. Dan kami pun semakin percaya karena
kamilah buktinya. Setiap kami bisa menyentuh guci tersebut, besoknya kami
mendapatkan nilai 100.
Namun keberadaan guci ini tak
lagi kami temui di kolam yang terletak di sebelah selatan masjid. Hal itu saya
ketahui ketika saya sedang mewawancarai penjaga masjid mengenai sumur keramat
yang terletak di sebelah utara masjid pada 26 Januari lalu. Akan tetapi yang
lebih parah, saya tidak langsung menyakan keberadaan guci tersebut. Mungkin
karena shock yang saya alami ketika
mendengar kolam tersebut kini tiada berguci lagi. Kepada saya dan teman saya
Isma, yang menemani saya pada waktu itu beliau penjaga masjid berpesan “entah
itu guci, sumur, air atau benda lainnya, percayalah apapun yang kamu minta akan
dikabulkan. Namun yang perlu diketahui benda tersebut hanya sebagai lantaran.
Sejatinya doa yang kita minta tetap ditujukan kepada Allah SWT. Karena Allah
maha mendengar doa-doa hamba-Nya”. Hal tersebut selalu saya yakini bahkan sebelum bapak penjaga masjid
mengatakan hal tersebut. Karena itu sampai sekarang saya yakin Allah adalah
dzat yang maha Kuasa. Kuasa atas doa-doa yang saya dan hamba-Nya yang lain
panjatkan. Masalah terkabul atau tidaknya doa saya, saya pun yakin Allah pasti
mengabulkan doa saya. Namun doa itu akan indah saat terkabul tepat pada
waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar