Sabtu, 19 Mei 2012

Analisa Cerpen

TUGAS ANALISA CERITA PENDEK (CERPEN)
“SANG PEMIMPIN”
Karya : Sori Siregar
Oleh : Novia Rochmawati


A.     Sinopsis Cerita

Karim yang lima tahun menghilang dari kompleks pemukiman, tiba-tiba muncul bersama keluarganya. Konon, selama ini dia bersekolah di Selandia Baru dan mendapat gelar yang sukar diingat oleh warga di kompleksnya. Karena gelar tersebut memakai bahasa Inggris dan jarang dibicarakan di kalangan warga yang rata-rata pendidikannnya tidak tinggi. 

Dengan gelar barunya itu, wajar sekali kalau Karim menganggap dirinya sebagai orang yang paling pintar di kompleks. Seluruh kompleks juga bangga karena ada di antara warganya yang menggunakan gelar sekolah tinggi, dengan memakai bahasa Inggris pula. Persatuan Warga Kompleks (PWK) tanpa ragu-ragu segera mengangkatnya sebagai ketua. Kosim ketua yang sedang menjabat denagan senang hati melepas jabatannya dan menyerahkannya pada Karim.

Belakangan, tanpa sadar kekaguman kelima teman Karim semasa tiga tahun di SMP, tokoh Saya, Bokar, Zaini, Djohan dan Lahmdin pada Karim semakin meningkat. Kefasihan bicaranya benar-benar memesona. Terkadang mereka yang oleh Karim diangkat menjadi pelindung tetap juga mengangguk, walaupun mereka sadar yang diucapkan Karim hanya bualan belaka.

Mereka berlima pun lantas semakin sadar dan mulai megungkapkan kelu kesahnya terhadap karim yang hanya omong saja. Tanpa ada tindakannnya sama sekali. Mereka pun merasa jikalau Karim telah memanfaatkan mereka untuk bekerja. Namun masyarakat melihat Karim seolah-olah yang menjadikan acara-acara di kampong sukses, padahal itu pekerjaan kelima temannya. Jika disuruh untuk maju ke depan untuk ceramah ataupun berpidato dia langsung menyambar, tetapi untuk pekerjaan seperti kerja bakti ia langsung cepat-cepat pergi dengan alasan bekerja padahal hari minggu.

Semakin lama seluruh warga kompleks pun menagih segala janji-janji manis Karim lewat kelima pelindungnya itu. Namun pelindung itu pun nampaknya tidak dapat membela Karim karena memang yang dilakukan Karim telah kelewat batas. Karim pun marah dan merekaberlima hanya bisa melihat Karim berbicara, karena memang itu satu-satunya kemampua yang ia miliki.


B.     Tentang Penulis

Sori Siregar lahir di Medan, 12 November 1946. Mengarang sejak tahun 1960. Tahun 1966-1970 bekerja di seksi bahasa Inggris, RRI Nusantara III Medan.  Tahun 1970-1971 mendapat beasiswa dari The Asia Foundation untuk mengikuti non-degree program di International Writing Program, The University of Lowa, Lowa City, Lowa USA. Tahun 1972-1974 bekerja di Radio BBC London (Seksi Indonesia) sebagai broadcaster. Tahun 1974-1979 bertugas juga sebagai broadcaster juga di Radio Talivishen Malaysia Seksi Indonesia, Kuala Lumpur. Tahun 1979-1982 bertugas di  RRI Stasiun Nasional Jakarta. Tahun 1982-1985 bertugas lagi sebagai broadcaster di radio The Voice of America, Washington, DC, USA. Selain itu, ia pernah menjadi Redaktur dan Redaktur Pelaksana di berbagai majalah seperti : Zaman, Eksekutif, Matra, Sarinah, Forum Keadilan.

Sebagai penulis, dua buah novelnya, masing-masing Wanita itu adalah Ibu (1978) dan Telepon (1979) terpilih sebagai pemenang dalam sayembara mengarang Roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Beliau telah melahirkan 6 novel dan 9 kumpulan cerita pendek yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, Pustaka Jaya, Jakarta, Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta dan Penerbit Kompas, Jakarta.

C.     Tinjauan Unsur Intrinsik
1.      Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan. Tema yang disajikan dalam cerpen ini adalah kepemimpinan. Namun kepemimpinan yang ditampilkan adalah kepemimpinan yang kurang baik. Karena pemimpin disini (Karim) adalah seorang pemimpin yang selalu mengobral janji yang sering ia katakana sebagai caranya berpolitik tanpa ada realisasi dari janji tersebut. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan kerja keras, Karim pun lebih menyerahkan kepada kelima temannya yang dia angkat sebagai pelindungnya. Namun, untuk urusan unjuk gigi dalam berbagai ceramah dan pidato justru ialah yang langsung tanggap dan langsung berkowar-kowar.
Tema ini ternasuk ke dalam tema tradisional. Karena tema ini tidak melawan arus. dan jika digolongkan kedalam penggolongan tema menurut Shipley termasuk dalam tema sosial. Karena menyaran pada masalah sosial dan kritik soasial. Dalam hal ini kritik dalam sikap kepemimpinan Karim yang tidak sesuai dengan norma sosial. 
2.      Plot dan Pemplotan
a.   Plot (Alur)
Alur yang digunakan dalam cerpen “Sang Pemimpin’ ini adalah alur maju atau progresif. Ditunjukkan dengan rangkain peristiwa yang teratur.
b.  Pemplotan
Peristiwa pertama adalah ketika Karim kembali lagi ke kompleks setelah lima tahun menghilang dan dikabarkan menuntut ilmu di Selandia Baru dan datang dengan gelar bahasa Inggris dan membuat warga kompleks bangga sehingga Persatuan Warga Kompleks (PWK) mengangkat Karim sebagai ketuanya dan Kosim yang saat itu menjabat dengan rela hati melepasnya.

Konflik mulai muncul ketika Karim memberikan janji palsu dan lebih menyerahkan pekerjaan berat kepada kelima temannya yang diangkatnya sebagai pelindung dan lebih unjuk gigi disaat dirinya dituntut untuk berpidato atau memberikan ceramah. Sehingga membuat kepercayaan kelima temannya berkurang padanya. Mereka meyakini kalau Karim hanyalah pintar berbicara saja.

Klimaksnya , ketika satu per satu warga mulai meragukan kepemimpinan Karim yang cenderung lebih merosot daripada di masa Kosim menjabat. Warga mulai mempertanyakan pertanggungjawaban kepada para pelindung Karim yang sudah tak memihak teman SMP-nya dulu. Dan kelima teman orang karim pun mulai menyatakan unek-uneknya dan hingga membuat Karim berang

Akhirnya kelima temannya itu menyerah pada sikap Karim yang tetap berkilah dengan alasan-alasan dan membiarkan Karim terus-menerus berbicara. Mereka hanya diam mebisu melihat satu-satunya kemampuan temannya itu.

3.      Tokoh dan Penokohan
Teknik penulisan tokoh dalam cerpen “Sang Pemimpin” ini dapat diketahui dengan cara teknik ekspositori dan teknik dramatik.
a.   Karim   : Antagonis, Statis,
Tokoh sentral dalam cerpen ini memiliki watak sombong yang didukung kepercayaan diri yang berlebihan berkat gelar yang dia dapat di Selandia Baru. Dengan taktik politis dan kefasihannya dalam berbicara mampu menghipnotis masyarakat untuk mendukung nya menjadi pemimpin di kompleks.
Selain demikian kemampuannya berkilah pun sehebat dengan kemampuan berbicaranya. Seperti ditunjukkan ketika para warga menanyakan  tentang kursus bahasa Inggris yang akan dipimpin Karim ternyata tidak juga dibuka. Padahal dia berjanji tenaga pengajarnya akan terdiri dari orang-orang bule. Namun dengan kilahnya Karim menjawab
“Tenaga pengajarnya sudah ada, Cuma ruangan yang layak belum tersedia”
b.  Saya                 : Protagonis, Berkembang,
Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah si Karim yang “Talk more do less”. Hadirnya tokoh ini pun dapat menghantarkan kita pada awal cerita yang dideskripsikan oleh tokoh tersebut.
Dideskripsikan melalui kalimat :
“…pilihannya jatuh kepada lima orang, termasuk saya. Kebetulan kami berlima adalah teman-teman sekelasnya sewaktu SMP. Mulanya …”

Tokoh saya pun termasuk ke dalam tokoh berkembang. Karena sikap nya pada Karim mengalami perkembangan dari keberatan atas ditunjuknya Karim sebagai ketua menjadi sifat kagum yang pro terhadp kepemimpinan Karim karena kefasihannya dalam berbicara dan menjadi kontra dengan kepemimpinan Karim yang salah jalan.

Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim. Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
c.   Djohan : Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim. Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
d.  Zaini                 : Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim. Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain. Diantara kelima sahabat ini dialah yang paling pendiam. (diperoleh dari keterangan deskripsi tokoh saya)
e.   Lahmudin         : Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim. Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain. Diantara kelima shabat ini, dialah yang paling memahami bahasa Inggris dengan baik. Di tunjukkan dengan percakapannya :
“Jadi pemimpin itu tidak perlu bekerja, tugasnya hanya how to get things done” yang didukung dengan pernyataan dari tokoh saya.
f.    Bokar               : Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim. Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
g.   Kosim  : Tritagonis, Berkembang,
Bijaksana, Rela, Lapang dada, terlihat dari sikapnya ketika dia melepaskan jabatannya sebagai ketua PWK

4.      Latar dalam cerpen ini bisa dibilang termasuk ke dalam latar netral. Karena latar yang digunakan hanya sekedar latar dan kurang mencirikan latar tersebut sehingga tidak terdapat perbedaan yang mencolok dan menimbulkan ke-khas-an. 
Latar Fisik :
a.       Latar Tempat
v     Sebuah kompleks di dekat Nirwana Molek Real Estate
Ditujukan pada kalimat yang diucapkan oleh Karim. “Kompleks kita ini telah dikepung oleh Nirwana Molek Real Estate mewah yang kompleksnya dihuni orang-orang kaya dan penting. ….”
v     Rumah Karim
Ditujukan pada deskripsi kalimat (dalam pertemuan di rumahnya, saya bertanya kepada Karim. “Apa mungkin, Bung, kita bisa meminta kepada Nirwana …”
b.      Latar Waktu
v     Hari Minggu
Ditunjukkan pada kalimat deskripsi (padahal semua orang tahu, kerja bakti itu selalu dilakukan pada hari Minggu,)
v     Ketika merayakan acara 17 Agustus
Ditunjukkan pada kalimat Zaini “…ketika merayakan Tujuh Belas Agustus kemarin, selalu kita berlima sibuk mencari dana sumbangan dari warga kompleks, …”
v     Suatu ketika
Ditunjukkan pada deskripsi kalimat (suatu ketika, Zaini, yang paling pendiam di antara kami berlima, mulai member komentar.)
c.       Latar Suasana
v     Keberatan
Ditunjukkan ketika awalnya kelima orang teman Karim (tokoh Saya, Bokar, Zaini, Djohan dan Lahmdin) ditunjuk sebagai pelindung Karim
v     Terkejut
Ketika Djohan mendengar pernyataan Karim tentang kemungkinan warga kompleks yang akan berbuat jahat padanya
v     Riuh
Ketika warga kompleks menyambut janji-janji yang dilontarkan Karim
v     Tertawa
Ketika kelima teman tersebut mengungkapan unek-uneknya tentang Karim. Yang dijadikan bahan canda tawa oleh kelima orang tersebut.
v     Berang dan menengangkan
Ketika kelima orang pelindung meminta jawaban atas pertanyaan warga yang menyudutkan Karim, dan Karim kecewa kepada kelima temannya yang malah membela warga, bukan membela dirinya. Ditunjukkan dengan memukul meja pula
v     Mematung dan membisu
Saat kelima orang tersebut memberikan kesempatan pada karim untuk berbicara yang merupakan satu-satunya keahlian yang ia miliki.
5.      Sudut Pandang
Dalam penulisan cerpen “Sang Pemimpin” ini, penulis memposisikan dirinya sebagai orang pertama, dengan menyebut dirinya “Saya”. Namun posisi penulis disini bukan sebagai tokoh sentral dalam cerita ini.
6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dipakai penulis dalam cerpen ini sungguh inspiratif dan benar-benar mencirikan pada orang yang memiliki intelektual yang tinggi. Kata-kata seperti Retorika, dan kata-kata dalam bahasa Inggris semacam how to get things done, when I was dan lain sebagainya. Kata-kata yang dipakai pun cocok dengan karakter tokoh yang bergelut dalam dunia politik.
7.      Amanat
Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.
Amanat yang terkandung dalam cerpen “Sang Pemimpin” ini sebagai berikut :
a.       Jangan mudah percaya kepada apa yang dikatakan orang hanya dengan melihat dari cover-nya.
b.      Jangan mudah memberikan janji pada orang jikalau sulit untuk mengabulkannya.
c.       Jangan bersikap sombong terhadap apa yang kita miliki.
d.      Kita harus menggunakan kepercayaan yang diberikan orang kepada kita dengan sebaik-baiknya.
e.       Talk less do more
f.        Sebagai pemimpin kita harus memberikan contoh yang baik kepada orang yang kita pimpin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar