TUGAS ANALISA CERITA PENDEK (CERPEN)
“SANG PEMIMPIN”
Karya :
Sori Siregar
Oleh : Novia Rochmawati
A.
Sinopsis Cerita
Karim
yang lima tahun menghilang dari kompleks pemukiman, tiba-tiba muncul bersama
keluarganya. Konon, selama ini dia bersekolah di Selandia Baru dan mendapat
gelar yang sukar diingat oleh warga di kompleksnya. Karena gelar tersebut
memakai bahasa Inggris dan jarang dibicarakan di kalangan warga yang rata-rata
pendidikannnya tidak tinggi.
Dengan
gelar barunya itu, wajar sekali kalau Karim menganggap dirinya sebagai orang
yang paling pintar di kompleks. Seluruh kompleks juga bangga karena ada di
antara warganya yang menggunakan gelar sekolah tinggi, dengan memakai bahasa
Inggris pula. Persatuan Warga Kompleks (PWK) tanpa ragu-ragu segera
mengangkatnya sebagai ketua. Kosim ketua yang sedang menjabat denagan senang
hati melepas jabatannya dan menyerahkannya pada Karim.
Belakangan,
tanpa sadar kekaguman kelima teman Karim semasa tiga tahun di SMP, tokoh Saya,
Bokar, Zaini, Djohan dan Lahmdin pada Karim semakin meningkat. Kefasihan
bicaranya benar-benar memesona. Terkadang mereka yang oleh Karim diangkat
menjadi pelindung tetap juga mengangguk, walaupun mereka sadar yang diucapkan
Karim hanya bualan belaka.
Mereka
berlima pun lantas semakin sadar dan mulai megungkapkan kelu kesahnya terhadap
karim yang hanya omong saja. Tanpa ada tindakannnya sama sekali. Mereka pun
merasa jikalau Karim telah memanfaatkan mereka untuk bekerja. Namun masyarakat
melihat Karim seolah-olah yang menjadikan acara-acara di kampong sukses,
padahal itu pekerjaan kelima temannya. Jika disuruh untuk maju ke depan untuk ceramah
ataupun berpidato dia langsung menyambar, tetapi untuk pekerjaan seperti kerja
bakti ia langsung cepat-cepat pergi dengan alasan bekerja padahal hari minggu.
Semakin
lama seluruh warga kompleks pun menagih segala janji-janji manis Karim lewat
kelima pelindungnya itu. Namun pelindung itu pun nampaknya tidak dapat membela
Karim karena memang yang dilakukan Karim telah kelewat batas. Karim pun marah
dan merekaberlima hanya bisa melihat Karim berbicara, karena memang itu
satu-satunya kemampua yang ia miliki.
B.
Tentang Penulis
Sori Siregar lahir di Medan, 12 November 1946. Mengarang
sejak tahun 1960. Tahun 1966-1970 bekerja di seksi bahasa Inggris, RRI Nusantara III Medan. Tahun 1970-1971 mendapat
beasiswa dari The Asia Foundation untuk mengikuti non-degree program di
International Writing Program, The University of Lowa, Lowa City, Lowa USA.
Tahun 1972-1974 bekerja di Radio BBC London (Seksi Indonesia) sebagai broadcaster. Tahun 1974-1979 bertugas
juga sebagai broadcaster juga di Radio Talivishen Malaysia Seksi
Indonesia, Kuala Lumpur. Tahun 1979-1982 bertugas di RRI
Stasiun Nasional Jakarta. Tahun 1982-1985 bertugas lagi sebagai broadcaster di radio The Voice of America, Washington, DC,
USA. Selain itu, ia pernah menjadi Redaktur dan Redaktur Pelaksana di berbagai
majalah seperti : Zaman, Eksekutif,
Matra, Sarinah, Forum Keadilan.
Sebagai
penulis, dua buah novelnya, masing-masing Wanita
itu adalah Ibu (1978) dan Telepon (1979)
terpilih sebagai pemenang dalam sayembara mengarang Roman yang diselenggarakan
Dewan Kesenian Jakarta. Beliau telah melahirkan 6 novel dan 9 kumpulan cerita
pendek yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, Pustaka Jaya, Jakarta,
Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta dan Penerbit
Kompas, Jakarta.
C.
Tinjauan Unsur Intrinsik
1.
Tema
Pengarang
yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan
pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang
dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok
bahasan. Tema yang disajikan dalam cerpen ini adalah kepemimpinan. Namun
kepemimpinan yang ditampilkan adalah kepemimpinan yang kurang baik. Karena
pemimpin disini (Karim) adalah seorang pemimpin yang selalu mengobral janji
yang sering ia katakana sebagai caranya berpolitik tanpa ada realisasi dari
janji tersebut. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan kerja keras, Karim pun
lebih menyerahkan kepada kelima temannya yang dia angkat sebagai pelindungnya.
Namun, untuk urusan unjuk gigi dalam berbagai ceramah dan pidato justru ialah
yang langsung tanggap dan langsung berkowar-kowar.
Tema
ini ternasuk ke dalam tema tradisional. Karena tema ini tidak melawan arus. dan
jika digolongkan kedalam penggolongan tema menurut Shipley termasuk dalam tema
sosial. Karena menyaran pada masalah sosial dan kritik soasial. Dalam hal ini
kritik dalam sikap kepemimpinan Karim yang tidak sesuai dengan norma
sosial.
2.
Plot dan Pemplotan
a.
Plot (Alur)
Alur
yang digunakan dalam cerpen “Sang Pemimpin’ ini adalah alur maju atau
progresif. Ditunjukkan dengan rangkain peristiwa yang teratur.
b. Pemplotan
Peristiwa
pertama adalah ketika Karim kembali lagi ke kompleks setelah lima tahun
menghilang dan dikabarkan menuntut ilmu di Selandia Baru dan datang dengan
gelar bahasa Inggris dan membuat warga kompleks bangga sehingga Persatuan Warga
Kompleks (PWK) mengangkat Karim sebagai ketuanya dan Kosim yang saat itu
menjabat dengan rela hati melepasnya.
Konflik
mulai muncul ketika Karim memberikan janji palsu dan lebih menyerahkan
pekerjaan berat kepada kelima temannya yang diangkatnya sebagai pelindung dan
lebih unjuk gigi disaat dirinya dituntut untuk berpidato atau memberikan
ceramah. Sehingga membuat kepercayaan kelima temannya berkurang padanya. Mereka
meyakini kalau Karim hanyalah pintar berbicara saja.
Klimaksnya
, ketika satu per satu warga mulai meragukan kepemimpinan Karim yang cenderung
lebih merosot daripada di masa Kosim menjabat. Warga mulai mempertanyakan
pertanggungjawaban kepada para pelindung Karim yang sudah tak memihak teman
SMP-nya dulu. Dan kelima teman orang karim pun mulai menyatakan unek-uneknya
dan hingga membuat Karim berang
Akhirnya
kelima temannya itu menyerah pada sikap Karim yang tetap berkilah dengan
alasan-alasan dan membiarkan Karim terus-menerus berbicara. Mereka hanya diam
mebisu melihat satu-satunya kemampuan temannya itu.
3.
Tokoh dan Penokohan
Teknik
penulisan tokoh dalam cerpen “Sang Pemimpin” ini dapat diketahui dengan cara
teknik ekspositori dan teknik dramatik.
a.
Karim :
Antagonis, Statis,
Tokoh
sentral dalam cerpen ini memiliki watak sombong yang didukung kepercayaan diri
yang berlebihan berkat gelar yang dia dapat di Selandia Baru. Dengan taktik
politis dan kefasihannya dalam berbicara mampu menghipnotis masyarakat untuk
mendukung nya menjadi pemimpin di kompleks.
Selain
demikian kemampuannya berkilah pun sehebat dengan kemampuan berbicaranya.
Seperti ditunjukkan ketika para warga menanyakan tentang kursus bahasa Inggris yang akan
dipimpin Karim ternyata tidak juga dibuka. Padahal dia berjanji tenaga pengajarnya akan terdiri dari
orang-orang bule. Namun dengan kilahnya Karim menjawab
“Tenaga pengajarnya sudah ada, Cuma ruangan yang layak
belum tersedia”
b.
Saya :
Protagonis, Berkembang,
Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya kita bisa
mendengar kisah si Karim yang “Talk more do less”. Hadirnya tokoh ini pun dapat
menghantarkan kita pada awal cerita yang dideskripsikan oleh tokoh tersebut.
Dideskripsikan melalui kalimat :
“…pilihannya jatuh kepada lima orang, termasuk saya. Kebetulan
kami berlima adalah teman-teman sekelasnya sewaktu SMP. Mulanya …”
Tokoh saya pun termasuk ke dalam tokoh berkembang. Karena sikap
nya pada Karim mengalami perkembangan dari keberatan atas ditunjuknya Karim
sebagai ketua menjadi sifat kagum yang pro terhadp kepemimpinan Karim karena
kefasihannya dalam berbicara dan menjadi kontra dengan kepemimpinan Karim yang
salah jalan.
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu
ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim.
Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa
bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
c.
Djohan :
Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu
ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim.
Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa
bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
d.
Zaini :
Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu
ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim.
Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa
bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain. Diantara kelima sahabat ini
dialah yang paling pendiam. (diperoleh dari keterangan deskripsi tokoh saya)
e.
Lahmudin :
Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu
ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim.
Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa bekerja
sama dengan ke-empat rekannya yang lain. Diantara kelima shabat ini, dialah
yang paling memahami bahasa Inggris dengan baik. Di tunjukkan dengan
percakapannya :
“Jadi pemimpin itu tidak perlu bekerja, tugasnya hanya how to get things done” yang didukung
dengan pernyataan dari tokoh saya.
f.
Bokar :
Tritagonis, Berkembang,
Tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana, meskipun sempat tertipu
ia juga dapat bangkit dan kembali mendukung rakyat dan berani melawan Karim.
Walaupun akhirnya mengalah tetapi bukan berarti kalah. Tokoh ini juga bisa
bekerja sama dengan ke-empat rekannya yang lain.
g.
Kosim : Tritagonis,
Berkembang,
Bijaksana,
Rela, Lapang dada, terlihat dari sikapnya ketika dia melepaskan jabatannya
sebagai ketua PWK
4.
Latar dalam cerpen ini bisa dibilang termasuk ke
dalam latar netral. Karena latar yang digunakan hanya sekedar latar dan kurang
mencirikan latar tersebut sehingga tidak terdapat perbedaan yang mencolok dan
menimbulkan ke-khas-an.
Latar
Fisik :
a.
Latar Tempat
v Sebuah
kompleks di dekat Nirwana Molek Real Estate
Ditujukan pada kalimat yang diucapkan oleh Karim. “Kompleks
kita ini telah dikepung oleh Nirwana Molek Real Estate mewah yang kompleksnya
dihuni orang-orang kaya dan penting. ….”
v Rumah
Karim
Ditujukan pada deskripsi kalimat (dalam pertemuan di
rumahnya, saya bertanya kepada Karim. “Apa mungkin, Bung, kita bisa meminta
kepada Nirwana …”
b.
Latar Waktu
v Hari
Minggu
Ditunjukkan pada kalimat deskripsi (padahal semua orang
tahu, kerja bakti itu selalu dilakukan pada hari Minggu,)
v Ketika
merayakan acara 17 Agustus
Ditunjukkan pada kalimat Zaini “…ketika merayakan Tujuh
Belas Agustus kemarin, selalu kita berlima sibuk mencari dana sumbangan dari
warga kompleks, …”
v Suatu
ketika
Ditunjukkan pada deskripsi kalimat (suatu ketika, Zaini,
yang paling pendiam di antara kami berlima, mulai member komentar.)
c.
Latar Suasana
v Keberatan
Ditunjukkan ketika awalnya kelima orang teman Karim (tokoh
Saya, Bokar, Zaini, Djohan dan Lahmdin) ditunjuk sebagai pelindung Karim
v Terkejut
Ketika Djohan mendengar pernyataan Karim tentang kemungkinan
warga kompleks yang akan berbuat jahat padanya
v Riuh
Ketika warga kompleks menyambut janji-janji yang dilontarkan
Karim
v Tertawa
Ketika kelima teman tersebut mengungkapan unek-uneknya
tentang Karim. Yang dijadikan bahan canda tawa oleh kelima orang tersebut.
v Berang
dan menengangkan
Ketika kelima orang pelindung meminta jawaban atas
pertanyaan warga yang menyudutkan Karim, dan Karim kecewa kepada kelima
temannya yang malah membela warga, bukan membela dirinya. Ditunjukkan dengan
memukul meja pula
v Mematung
dan membisu
Saat kelima orang tersebut memberikan kesempatan pada karim
untuk berbicara yang merupakan satu-satunya keahlian yang ia miliki.
5.
Sudut Pandang
Dalam penulisan cerpen “Sang Pemimpin” ini,
penulis memposisikan dirinya sebagai orang pertama, dengan menyebut dirinya
“Saya”. Namun posisi penulis disini bukan sebagai tokoh sentral dalam cerita
ini.
6.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dipakai penulis dalam cerpen
ini sungguh inspiratif dan benar-benar mencirikan pada orang yang memiliki
intelektual yang tinggi. Kata-kata seperti Retorika,
dan kata-kata dalam bahasa Inggris semacam how to get things done, when I was dan lain sebagainya. Kata-kata
yang dipakai pun cocok dengan karakter tokoh yang bergelut dalam dunia politik.
7.
Amanat
Di dalam sebuah cerita, gagasan atau
pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan
itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini
dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan
kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk
memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan
cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian,
amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat
kepada pembacanya.
Amanat yang terkandung dalam cerpen
“Sang Pemimpin” ini sebagai berikut :
a.
Jangan mudah percaya kepada apa yang
dikatakan orang hanya dengan melihat dari cover-nya.
b.
Jangan mudah memberikan janji pada
orang jikalau sulit untuk mengabulkannya.
c.
Jangan bersikap sombong terhadap apa
yang kita miliki.
d.
Kita harus menggunakan kepercayaan
yang diberikan orang kepada kita dengan sebaik-baiknya.
e.
Talk less do more
f.
Sebagai pemimpin kita harus
memberikan contoh yang baik kepada orang yang kita pimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar